Monday 10 April 2017

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

KATA PENGANTAR


             Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayat-NYA sehingga laporan kegiatan pratikum ini dapat di selesaikan oleh penulis. 
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk tugas mata kuliah “Praktikum Geografi tanah”. Dalam penyelesaian laporan pratikum ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak untuk itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan banyak terima kasih.
Penulis banyak menyadari atas keterbatasan dan kekurangan dalam menulis laporan hasil pratikum ini. Maka penulis mengharapkan  segala masukan baik saran maupaun kritik, demi penyempurnaan laporan pratikuam ini ke depan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.




Ambon,  15 Juni 2016

Penulis




DAFTAR ISI

I.    PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang…………………………………………………………………
2.    Tujuan Pratikum……………………………………………………………….
3.    Manfaat Pratikum………………………………………………………………

II.    KAJIAN PUSTAKA
1.    Sifat – Sifat Fisik Tanah………………………………………………………..
2.    Factor – Faktor Pembentukan Tanah………………………………................
3.    Proses – Proses Pembentukan Tanah………………………………………….

III.    METODE PRATIKUM
1.    Lokasi dan Waktu Pratikum………………………………………………........
2.    Metode Pratikum………………………………………………………………..
3.    Alat dan Bahan…………………………………………………………………..

IV.    HASIL LAPANGAN
1.    Kondisi Umum Lokasi Pratikum………………………………………………………..
a.    Letak dan Luas ( letak secara administratif, geografis, astronomis)
b.    Kondisi Iklim
c.    Kondisi Hidrologi
d.    Kondisi Topografi
e.    Kondisi Geologi
f.    Kondisi Tanah
g.    Kondisi Vegetasi dan Penggunaan lahan
2.    Data/ informasi pengamatan tanah……………………………………………………..
a.    Eksternal karakteristik
b.    Internal karakteristik ( sifat fisik, kimia, dan biologi)
V.    PEMBAHASAN
1.    Pengaruh Faktor, Sifat (Sifat Fisik,Kimia, Biologi) dan proses pembentukan tanah………………………………………………………………………………
2.    Klasifikasi Tanah………………………………………………………………...
3.    Analisis Sesuai hasil Lapangan………………………………………….............
VI.    PENUTUP
1.    Kesimpulan……………………………………………………………………………
2.    Saran…………………………………………………………………………………..
Lampiran – lampiran



BAB I
PENDAHULUAN


  1.     Latar Belakang
    Diseluruh bumi terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang sampai yang paling subur, warna putih,merah,kelabu, coklat,hitam dan lain-lain. Di Indonesia juga terdapat banyak jenis dan macam tanah. Sebagai negara tropis, Indonesia memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun. Kesuburan tanaman tidaklah lepas dari kesuburan tanah tepatnya tumbuh. Kesuburan tanah tiap daerah tidaklah sama untuk itu di perlukan ilmu khusus untuk mengkajinya. Kajian tersebut selain untuk mengetahui tingkat dan persebaran tanah antar daerah, juga untuk menentukan langkah yang tepat untuk di perlukan terhadap tanah tersebut.
Salah satu ilmu yang mempelajari tanah adalah geografi tanah. Geografi tanah sendiri ialah merupakan ilmu tentang penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis dan dikaitkan dengan factor-faktor pembentuk tanahnya dan kajian yang dilakukan saat praktikum geografi tanah adalah mulai dari keadaan disekitar tanah, lereng, tekstur, struktur, konsistensi, kemasaman tanah, kandungan bahan organic, serta kandungan kapur di dalam tanah. Dalam geografi tanah tidaklah hanya mempelajari teori tentang tanah-tanah saja, melainkan juga dituntut untuk adanya praktek langsung guna bias membuktikan langsung tentang jenis-jenis tanah yang ada.
Praktikum geografi tanah bertujuan untuk menganalisa tanah guna mengetahui jenis tanah dari sample yang ada. Dalam menganalisa dibutuhkan ketelitian serta kecermatan sehingga mendapatkan informasi yang akurat. Oleh karena itu dalam proses analisa dibutuhkan ketelitian dan pemahaman yang baik tentang geografi tanah.dengan keakuratan data, diharapkan hasil analisa dari praktikum tersebut dapat dijadikan sebagai refrensi untuk pengolahan tanah yang tepat.
Laporan ini disusun agar memberikan informasi yang baik dan benar. Dalam penyusunan laporan ini tidak luput dari kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam kelengkapan data. Saran dan kritik yang membangun dapat di jadikan koreksi bagi penyusun.


2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum geografi tanah adalah sebagai berikut:
   1. Mengetahui kegunaan dari masing-masing alat
   2. Memperoleh data dan informasi tentang sifat fisik dan kimia tanah.
   3. Memperoleh data dan informasi tentang faktor-faktor pembentukan tanah.
   4. Memperoleh data dan informasi tentang proses-proses  pembentukan tanah.
   5.  Menetapkan nama jenis tanah berdasarkan sifat fisik dan kimia tanah dilapangan serta    mengetahui faktor dan proses pembentukan tanah yang berlangsung.



  3.  Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah :
   1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang Geografi Tanah/Penyebaran Tanah.
   2. Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang sifat dan ciri masing-masing jenis tanah sesuai kriteria yang benar.
   3. Sebagai bahan masukan (referensi) untuk masyarakat dan apabila ada peneliti-peneliti lanjutan









BAB II
KAJIAN PUSTAKA


    Sifat - Sifat Fisik Tanah

    Warna Tanah.
                     Kalau kita melihat dan mengamati warna tanah pada saat praktikum berlangsung ada berbagai macam warna tanah pada profil yang di observasi. Warna tanah menunjukan kandungan unsur dalam tanah tersebut. Misalnya warna Hitam Kecoklatan menunjukan kandungan humus yang tinggi atau kadang- kadang kandungan mangan yang tinggi, warna merah menunjukan kandungan besi, warna kelabu menunjukan Alumunium, warna putih/terang menu njukan kandungan kwarsa. Di samping itu warna tanah juga dapat menunjukan keadaan drainase tanah. Misalnya warna- warna kelabu dengan topografi yang datar cenderung mencirikan sifat hidromorfik, warna biru kehijauan, hijau kebiruan dan sebagainya yang mencirikan warna- warna gley menunjukan keadaan penggenangan yang lama, misalnya daerah- derah rawa. Sifat hidromorfik lebih nyata di tunjukan oleh mottling. Jadi Warna tanah yang di amati pada waktu praktikum dengan menggunakan buku “ munsell soil collour char, untuk menentukan warna tanah.
      
    Tekstur tanah.
                                 Tekstur tanah adalah perbandingan relatif partikel pasir debu dan liat dalam tanah. Dalam pengertian ini tekstur tanah merupakan partikel-partikel lebih kecil dari 2 mm. Jadi tekstur tanah dapat di tetapkan di lapangan pada saat kegiatan praktikum berlangsung itu dengan cara merasa dan di teliti, yaitu dengan mengambil sedikit tanah dengan jari tengah dan ibu jari, kemudian di tetesi sedikit air, lalu di rasakan melalui pijitan tanah tersebut dengan jari. Rasakan apakah terasa kasar, licin, atau lengket. Apabila trasa kasar tanah tersebut banyak mengandung pasir, bila licin banyak mengandung debu, dan apabila lengket banyak mengandung lempung.
Penetapan tekstur di lapangan itu mengikuti pedoman yang di berikan oleh Tan Kim Hong (1968), dengan cara mersakan tanah melalui pijitan tanah antara ibu jari dan telunjuk dan di dasarkan atas baik tidaknya pembentukan pita tanah.

    Struktur tanah.
                              struktur tanah merupakan cara pengikatan butir-butir tanah yang satu terhadap yang lain. Partikel-partikel pasir debu dan liat dalam tanah akan mengalami agregasi membentuk fraksi sekunder. Penyusun baik fraksi primer maupun sekunder dalam arti bagaimana bentuk hasil penyusun itu, di sebut struktur tanah. Oleh karena itu penyipatan struktur tanah di dasarkan pada bentuk agregat, ukuran dan derajat perkembangannya. Berba gai jenis struktur tanah antara lain berupa gumpalan atau remah. Struktur tanah pada berbagai lapisan tanah bisa berbeda, kegiatan-kegiatan petani berupa pembajakan pemupukan, dan pengolahan tanah bisa mengubah struktur tanah asli. pada lahan rawa atau gurun, struktur tanah kurang atau tidak terbentuk, karena butiran tanah bersifat tunggal atau tidak terikat satu sama lain. 
    

    Konsistensi Tanah.
                                 Konsistensi tanah adalah staf tanah untuk mempertahankan dirinya terhadap setiap usaha atau gaya yang akan merubah bentuknya. Sifat fisik yang menyatakan besar kecilnya gaya kohesi dan adhesi dalam berbagai kelembapan.
            Menurut Baver (1956) konsistensi tanah sebagai manifestasi kekuatan sifat-sifat kohesi dan adhesi yang terjadi dalam tanah pada keadaan kelembaban yang berbeda. Sifat konsistensi tanah dapat kita ketahui dengan mencoba memecah tanah tersebut, hal itu berarti bahwa tanah mempunyai konsistensi yang kuat. Penetapan konsistensi tanah di  lapang dengan meremas dan memijit tanah dengan tangan  pada salah satu atau lebih dari  darai ketiga keadaan tersebut
      
    Pori-Pori Tanah
                                 Tanah di katakan bersifat porous apabila mudah atau cepat meresapkan air. Berarti tanah tersebut mempunyai pori-pori yang besar dan dominan, misalnya tanah yang bertekstur pasir bersifat porous. Porositas merupakan persentase volume pori yang ada di dalam tanah di banding volume massa tanah. Pengamatan pori-pori tanah berdasarkan kriteria dari Jhonson, et al. (1960) yaitu dengan melihat tiga sifat pokok yaitu jumlah (abudance); diameter, kontinyuitas, orientasi atau arahnya, distribusi dan morphologi.

    Cutan.
                                Cutan merupakan istilah umum yang di gunakan untuk seluruh lapisan tipis liat yang nyata (clay skin, clay bridges) yang memberi istilah cutan adalah Brewer dalam Journal Soil Sciance 1962. Cutan di nilai dalam kwantitas (quantiy), ketebalan(thickness) dan kalau mungkin bahan bahan alami penyusunannya (nature).

    Bahan kasar.
                                 Bahan kasar dalam tanah dapat merupakan fragmen batuan atau fragmen mineral. Pada daerah-derah tropis basa di mana proses hancuran iklim berjalan cepat, keberadaan dari batuan dan mineral terlapuk dalam tanah merupkan indikasi penting baik klasifikai tanah secara praktis maupun ganesa tanah. Duformasi yang perlu di ambil adalah nengenai jumlah, ukuran, bentuk dan nature.

    Modul Mineral.
                               Modul mineral merupakan variasi konkresi, akresi dan residu Nodul mineral. Informasi yang di ambil adalah mengenai jumlah, ukuran, kekerasan bentuk warna dan nature.

    Pan
                    Pan dapat di definisikan sebagai lapisan yang kompak atau mengeras yang terbentuk dari bahan-bahan tertentu maupun akibat tertentu. Dikenal dua kelas besar dari pan yaitu yang mengalami sementsi, tetapi kebiasaannya yang di sebut sebagai pan ialah mengalami sementasi.

    Keadaan Akar. 
                                Diamati penyebaran akar dalam profil meliputi ukuran akar, jumlah akar dan sampai kedalaman akar. Kedalaman perakaran dengan mengukur sampai kedalaman mana perakaran dari akar dalam profil.


    Faktor – Faktor Pembentukan Tanah
Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, topografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintregrasi) maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai faktor pembentukan tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup. Setelah diketahui bahwa tanah berkembang terus, maka faktornya ditambah dengan waktu. Tofografi (relief) yang mempengaruhi tata air dalam tanah dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentukan tanah.

1.    Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca semua energi untuk membentuk tanah datang dari matahari berupa penghancuran secara radio aktif yang menghasilkan gaya dan panas. Enegi matahari menyebabka terjadinya fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan gerakan angin menyebabkan transfirasi dan evaforasi (keduanya disebut evafotranspirasi). Akibat langsung dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah yaitu berupa erosi angin dan secara tidak langsung berupa pemindahan panas. Komponen iklim yang utama adalah curah hujan dan suhu (temperatur). Faktor pembentukan tanah melalui iklim meliputi curah hujan dan suhu.

    Curah Hujan
Pada umumnya makin banyak curah hujan maka keasaman tanah makin tinggi atau pH tanah makin rendah, karena banyak unsur-unsur logam alkali tanah yang terlindi misalnya, Na, Ca, Mg, dan K, dan sebaliknya makin rendah curah hujan maka makin rendah tingkat keasaman tanah dan makin tinggi pH tanah. Makin lembab suatu tanah maka makin jelek aerasinya dan juga sebaliknya, hal ini desebabkan karena adanya pergantian antara air dan udara dalam tanah.
    Suhu (temperatur)
Suhu sangat berpengaruh bagi proses pembentukan tanah meliputi evapotranspirasi yang meliputi gerak air di dalam tanah, juga meliputi reaksi kimia bilamana suhu makin besar maka makin cepat pula reaksi kimia berlangsung.


2.    Bahan Induk
Dalam proses pembentukan tanah juga terdapat bahan induk yang menyusun pembentukan tanah, bahan induk tersebut bersumber dari batuan dan bahan organik. Batuan dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang terjadi didalam membentuk kerak bumi, batuan pada umumnya tersusun atas dua mineral atau lebih. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis batuan, yaitu beku, batuan endapan dan batuan malihan.

3.    Bahan Organik
Bahan organik brperan terhadap kesuburan tanah dan berpengaruh juga ketahanan agregat tahan. Juga bahan organik mempunyai pengaruh terhadap warna tanah yang menjadikan warna tanah coklat kehitaman.serta terhadap ketersediaan hara dalam tanah. Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan organik, pada keadaan alami tumbuhan menyediakan bahan organik yang sangat besar, akibat pencernaan oleh mikro organisme bahan organik tercampur tercampur dalam tanah secara proses imfiltasi. Beberapa bentuk kehidupan seperti cacing, rayap, dan semut berperan penting dalam pengangkutan tanah.
Faktor yamg mempengaruhi bahan organik tanah yaitu, kedalaman tanah yang mentukan kadar bahan bahan organik yang ditentukan pada kedalaman 20 cm dan makin ke bawah makin berkurang, faktor iklim menyebabkan bilamana semakin rendahnya suhu maka makin tinggi pula bahan organik yang terkandung dalam tanah.

4.    Makhluk Hidup
Semua mahkluk hidup, baik hidupnya maupun sudah mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah. Di antara makhluk yang paling berpengaruh adalah vegetasi karena jumlahnya banyak dan berkedudukan tepat untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia berpengaruh tidak langsung melalui vegetasi.  Jasad remik (mikro organisme) dalam tanah mempunyai peranan dalam proses peruraian bahan organik menjadi unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dan pembentukan humus (bunga tanah). Cacing tanah sangat aktif dalam peruraian (dekoposisi) serasaah. Pada waktu malam hari cacing–cacing membawa guguran dedaunan dan rerumputan ke dalam lubang-lubangnya dan mencampur dengan mineral-mineral tanah. Sokresin yang dikeluarkan mengandung Ca lebih banyak daripada tanah disekitarnya.

5.     Topografi
Topogarfi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah. Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah.

6.    Faktor Waktu
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk. Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tingkatan perkembangan tanah dapat ditemukan kembali pada endapan-endapan itu. Di daerah beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.


    Proses - Proses Pembentukan Tanah
    Proses  Pembentukan Tanah  Leaching.

        Yaitu suatu proses dimana unsur-unsur pokok dapat larut hilang dari tanah. Apbila curah hujan (p) melebihi Evapotranspirasi (Ept), zat terlarut di larutkan oleh air perkolasi. Larutan garam akan hilang dlam air drainase dari lapisan atas ke lapisan dalam. Proses ini sangat dominan pada daerah iklim humida, pada proses terbentuk horison BW, horison cambic. Pencucian  basa-basa dari lapisan permukaan oleh peranan dari asam humus yang membentuk liat humus kompleks dengan basa-basa, tetapi karena  H^+ tinggi maka  H^+ mengganti kedudukan basa-basa,kemudian basa-basa tercuci oleh air perkolasi, oleh karena itu pada horison BW tertinggal bahan hancuran iklim sedangkan ion-ion basa-basa tercuci terus oleh air dranase.
    Proses  Pembentukan Tanah Eluviasi.
        Pengertian semula dari proses eluviasi ialah kehilangan bahan-bahan dari bagian atas (horison eluvial), tetapi proses kehilangan bahan-bahan dengan proses  eluviasi mempunyai ciri tertentu, yaitu humus terakumulasi pada horison atas dan tercuci dari lapisan atas (horison aluvial) dan akan terakumulasi pada lapisan bawah (horison aluvial) pencucian liat di sini secara mekanik oleh air perkolasi dan sering di sebut juga di sebut liksiviasi.


    Proses  Pembentukan Tanah Podsolisasi
        Proses ini umumnya terjadi ada tanah-tanah derah humida dingin, vegetasi hutan. Menurut Tan Kim Hong dan Van Schuylenborgh (1968), prosea ini dapat terjadi pada daerah tropis basah dimana curah hujan tinggi dan vegetasi hutan dimana bahan organik tersuplai banyak sehingga dapat terbentuk koloid humus. Koloid humus yang berperan dalam membungkus atau melindungi koloid-koloid liat (mineral) sehingga pencucian liat dari lapisan atas ke lapisan bawahsecara terdispresi. Pada horison bawah terjadi akumulasi koloid humus (organik), besi dan alumunium, pencucian logam-logam (basa-basa) baerjalan sangat serius melalui air drainase.
    
Proses  Pembentukan Tanah Klasifikasi.
        Proses klasifikasi terjadi pada daerah dengan curah hujan rendah (curah hujan tahunan kurang dari 625 mm) untuk daerah iklim sedang dan berkurang dari 1125 mm pada daerah tropis yang vegetasinya rumput-rumput atau semak. Karena R < Ept maka air perkolasi sangat sedikit, proses pencucian baik leaching atau eluviasi berjalan sangat lambat akibat gerakan air kapiler kepermukaan kation Ca dan lain-lain bertambah kelapisan permukaan sehingga lapisan tanah atas tetap memperoleh Ca cukup dimana koloid-koloid diprtahankan pada tingkat kejenuhan basa tinggi.

    Proses  Pembentukan Tanah Rubefaksi.
        Proses ini terjadi pada daerah dengan kondisi iklim dingin lunak dan lembab serta iklim panasnya kering dan hangat (daerah mediteran) atau daera-daerah tropis atau subtropis dengan musim kering yang nyata. Proses ini berlangsung baik apabila bahan induk kaya akan besi. Pada keadaan basa oksida besi berada dalam bentuk oksida-feri terhidrat dan akibat musim kering yang panas dehidrasi (H_2O tinggi) dan kristalisai berubah menjadi hematif yang berwarna merah cerah. Proses ini disebut juga Ferusinasi.

   Proses  Pembentukan Tanah Ferallitisai.
        Proses ini merupakan prose khas dengan kawasan tropica lembab dan basah dengan suhu hangat tanpa selingan musim kering yang berarti. Kelebihan air hujan mencuci mineral liat yang mengandung silikat, akibatnya kadar R_2 O_3 pada horison eluviasi meningkat. Proses ini juga di kenal sebagai proses laterisasi, latolisasi atau kaolonisasi. Syarat mutlak proses in dapat terjadi dengan baik adalah curah hujan tinggi sepanjang tahun.

  Proses  Pembentukan Tanah Plintisasi.
        Pada tanah-tanah oxisol disamping proses-proses ferallitisasi juga berlangsung proses plintisasi yaitu pembentukan plintit. Plintit merupakan bahan liatan yang bebercak, bersifat lunak atau keras, kaya R_2 O_3, miskin bahan organik. Bercak-bercak berwarna  merah-kemerahan atau keunguan pada matriks berwarna kelabu biru. Proses ini terjadi pada tempat-tempat dengan perembasan air buruk karena air tanah dangkal atau perkolasi yang terhambat.

    Salinisasi.
        Salinisasi dapat terjadi pada daerah iklim kering (arid) dimana evapotranspirasi melebihi curah hujan, sehingga tidak cukup air untuk pencucian garam, malah ion garam mengikuti air kapiler naik kepermukaan sehingga kadang-kadang terjadi lapisan garam di permukaan dan terjadi struktur yang stabil dengan garam yang netral pada horison A dan deposisi garam dalam pori dan celah-celah dalam lapisan tanah bawah (B).
    
Alkalisasi.
        Proses ini terjadi apabia ion-ion N_a yang teradsorbsi cukup banyak dan mendominer kompleks pertukaran liat humus (Na lebih dari 15 % seluruh kation yang teradsorbsi). Ion-ion Na berasal dari garam-garam Na_2CO_3 dan NaHCO_3. Terjadi dispersi dari liat dan humus pada horison permukaan dan terajdi pencucian dari koloid-kolid terdispersi tadi bersma kation-katon basa. Kation-kation Ca dan Mg akan tecuci terus dalam air drainase. Tanah yang terbentuk di namakan tanah solonet (alkali hitam) dengan pH cukup tinggi antara 8,5-10.

    Solodisasi.
        Proses ini merupakan pencucian dan degradasi intensif dari ion-ion Na dalam kompleks pertukaran di ganti oleh ion-ion H, dimana pH lapisan permukaan dapat turun sampai mencapai 4-4,5. Apabila tanah yang mengandung karbonat (ion-ion Ca dan Mg) banyak, maka ion-ion Natrium di lapisan bawah.dengan demikian tidak terbentuk tanah solod tapi tanah Normal. Proses ini di sebut dealkalisai.

    Gleisasi.
        Pada waktu keadaan air tanah tinggi atau penggenangan dalam waktu cukup lama, udara dalam tanah sangat kurang (keadaan aerobik) maka akan terjadi prose reduksi. Reduksi akan menyebabkan warna tanah kelabu kebiruan atau kehijauan, yaitu warna dari senyawa-senyawa vero. Proses ini dikenal dengan proses gleisasi. Apabila gejala-gejala tersebut membentuk suatu lapisan dalam tanah terbentuklah suatu horison yang di sebut horison gley.
   
  Pembentukan Peat (Gambut).
       Pada daerah-daerah dengan drinase buruk tetapi vegetasi cukup banyak/ lebat, sehingga produksi bahan organik mentah sangat cepat sedang proses dekomposisinya sangat terhambat, sehingga tertimbunnya bahan-bahan organik dalam berbagai tingkat pelapukan secara berlapis yang di kenal sebagai gambut. Apabila proses pelapukan bahan organik berjalan baik, dimana terbentuk lapisan permukaan yang hitam sebagai campuran bahan mineral dengan bahan organik melapuk atau humus maka proses ini di sebut melanisasi.

    Self Mulching, Self Swallowing, Sickenside.
        Terjadi apabila tanah-tanah yang didominir oleh mineral liat montmorilonit serta keadaan musim kering dan basah bergantian secara teratur. Montmorilonit adalan liat berkisi 2: 1 yang bersifat mengerut kalau kering dan membengkak kalau basah. Apabila terjadi retakan-retakan tanah masuk lebih dalam, dimana pada musum panas retakan-retakan itu melebar, maka granular hasil self mulching akan bergerak masuk kedalam retakan sehingga sebagian retakan atau seluruhnya penuh dengan granula-granula lapisan Self Swallowing atau pendangkalan sendiri.   


BAB III
METODE PRAKTIKUM



1. Lokasi Dan Waktu Praktikum
Lokasi dan waktu praktikum geografi tanah pada hari senin 24 MEI 2016, jam 16.00 – selesai. terletak di desa kairatu, kecamatan kairatu, kabupaten seram bagian barat, provinsi maluku. Untuk menempuh lokasi praktikum yang dilakukan di desa kairatu kami melakukan perjalanan kurang lebih 6 jam dari kampus unpatti PGSD menuju lokasi praktikum tepatnya di desa kairatu. Perjalanan di lakukan menggunakan bus ormas, yaitu perjalanan awal menggunakan bus dari kampus unpatti menuju dermaga verry di liang, dan di lanjutkan menggunakan kapal penyebrangan yaitu kapal verry, setelah sampai di pelabuhan p. seram tepatnya di pelabuhan waipirit kami melanjutkan perjalanan sampai ke tempat praktikum yaitu di desa kairatu (SBB).

2. Metode Praktikum
Metode yang digunakan adalah metode observasi atau tinjauan langsung dilakukan  dengan tahapan – tahapan  pengambilan sampel pada profil tanah dengan kedalaman 0–200 cm yang didalamnya terdapat delapan  lapisan ( Horizon Tanah). Pengamatan  yang dilakukan pada profil tanah  dengan menganalisis  sifat – sifat  fisik maupun kimiawi dari tanah.

3. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan  yang digunakan  merupakan alat khusus untuk pratikum  Geografi Tanah dengan fungsi yang berbeda – beda  yaitu :

    Alat yang di gunakan dalam praktikum yaitu sebagai berikut :
No    Nama Alat    Fungsi
1.    Kompas     Untuk menentukan arah
2.    Kompas geologi    Untuk menentukan arah DIP dan Strike pada sesar
3.    Palu geologi    Untuk identifikasi tingkat kekerasan batuan atau mineral di lapangan
4.    Buku munsell soil color chart    Untuk mengidentifikasi warna tanah di lapangan
5.    Bor tanah    Untuk bor tanah sesuai kriteria pengamatan tanah
6.    pH meter    Untuk mengukur tingkat kemasaman tanah atau air
7.    GPS    Untuk menentukan posisi, ketinggian dan arah
8.    Altimeter     Untuk mengukur ketinggian dari permukaan laut
9.    Klinometer/abneylevel    Untuk mengukur kemiringan lereng
10.    Pisau dan skop lapang    Untuk membuat profil tanah dan mengambil sampel tanah
11.    Meter (besar dan kecil)    Untuk mengukur kedalaman lapisan tanah (kedalaman solum tanah)
12.    Loup/kaca pembesar    Untuk mengidentifikasi pori tanah dan batuan
13.    Buku lapang dan peralatan tulis    Untuk mencatat semua informasi yang berkaitan dengan data PKL
14.    Seperangkat komputer    Untuk pembuatan peta dan penulisan laporan


    Bahan yang di gunakan sebagai praktikum yaitu sebagai berikut :

No    Nama Bahan    Fungsi
1.    Peta Geologi    Gambar yang menunjukan sebaran geologi
2.    Peta Topografi    Gambar yang menunjukan sebaran perbedaan ketinggian
3.    Peta Geomorfologi    Gambar yang menunjukan sebaran bentuk wilayah
4.    Kertas Kalkir    Bahan untuk penggambaran peta
5.    Kertas Milimeter Blok    Bahan untuk penggambaran peta
6.    Larutan HCL    Untuk mengidentifikasi ada dan tidaknya kandungan kapur
7.    Larutan H2O2    Untuk mengidentifikasi kandungan bahan organic tanah dilapangan
8.    Aquades     Cairan netral untuk identifikasi bahan lain



BAB IV
HASIL LAPANGAN


1. Kondisi Umum Lokasi Praktikum
    Letak Dan Luas (Letak Secara Administratif, Geografis dan Astronomis)

    Lokasi Pratikum dilakukan tepatnya di Desa Kairatu
 ( belakang BPKP)
    Letak administrative desa kairatu, kecamatan Kairatu, berada pada Kabupaten Seram Bagian Barat. Jenis tanah yang terdapat merupakan tanah berbahan induk Alluvium.
    Letak Geografis desa Kairatu :
    Sebelah utara berbatasan dengan laut seram
    Sebelah barat berbatasan dengan teluk piru
    Sebelah timur berbatasan dengan Maluku tengah
    Sebelah selatan berbatasan dengan pulau ambon, pulau saparua, dan pulau haruku.
    Letak astronomis : 03°20’28,85“ LS dan 128°22’25,00“ BT

    Kondisi Iklim

Kondisi iklim : Cerah berawan

    Kondisi Hidrologi

    Kedalaman Air Tanah : > 164 Cm dibawah permukaan tanah.
     Lama Genangan : > 1 Bulan (30 Hari).
     Tinggi Genangan Musim Hujan : 30 Cm di bawah permukaan tanah.
     Tinggi Genangan Musim Kemarau : Tidak ada.
     Tinggi Genangan Musim Penghujan : 30 – 40 Cm di atas permukaan tanah.

    Kondisi Topografi

    Lereng: 1% cenderung datar karena merupakan daerah Aluvial atau derah  endapan oleh sungai.
     Ketinggian (dpml): 13 Meter
    Kondisi Geologi
Kondisi Geologi pada kegiatan praktikum di lapangan dengan bahan  induknya yaitu:
    Aluvium, yang terdiri dari Kerakal, Kerikil, Lanau, Pasir, Lempung, dan sisa   Tumbuhan.
    Kondisi Tanah
    Pada lokasi pratikum jenis tanah yang terdapat pada desa kairatu adalah jenis tanah alluvium/ alluvial tua yang berasal dari endapan tanah alluvium yang bersal dari sungai-sungai disekitar desa kairatu.

    Kondisi Vegetasi Dan Penggunaan Lahan

Adapun beberapa vegetasi yang ada di sekitar tempat praktikum adalah :

Nama tanaman    Nama latin    Ket
Pisang    Musa paradiacal   
Kelapa    Cocos nucifera   
Aren     Arenga piñata   
Alpukat     Persea americana   
Nangka    Arthocarpus heterophyllus   
Paku-pakuan    Dryopteris filixmas   
Rumput-rumputan    Pennisetum purperium schamach   
Sungga-sungga    Euphatorium ayapanaa cent   
Bambu    Bambusa spp   
Kedondong    Spandias mombin   
Gamal    Glyricidia sepium   
Keladi    Caladium sp   
Jambu biji    Psidium guajava   
Singkong    Manihot glaziofi   
Sagu    Metroxylon sago   
Papaya    Carica papaya   
Terong     Solanum spp   
Putri malu    Mimosa pudica   
Rambutan     Nephelium lapacium   

   

2.  Data/Informasi Pengamatan Tanah
    Eksternal Karakteristik

      Lokasi praktikum terletak pada desa kairatu, Dareah bentuk lahan dan  permukiman pada daerah pratikum adalah daerah berbentuk dataran.
      Lereng berbentuk datar
      pada saat praktek cuaca (cerah berawan), dan sebaliknya hari sebelum praktek  cuaca cerah
      Kedalaman air tanah di daerah pratikum > 164 Cm dibawah permukaan tanah.

    Internal Karakteristik (Sifat Fisik, Kimia dan Biologi)

    Lapisan I kedalaman 0 – 5 Cm : Hitam Kecoklatan (10 YR 2/3); Lempung liat berdebu; Kubus menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro sedikit, Mikro banyak ; Perakaran halus banyak; BO sedang ; pH 6,0 ; beralih ke
    Lapisan II Kedalaman 5 – 24 Cm : Coklat Gelap (10 YR 3/3); Motlling Coklat (10 YR 4/6) ; Lempung liat berdebu ; Kubus menyudut, kecil, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro sedikit, Mikro banyak ; Perakaran halus sedang ; BO sangat banyak ; pH 5,5 ; beralih ke
    Lapisan III Kedalaman 24 – 50 Cm : Coklat kelabu kekuningan (10 YR 5/2), Motling Coklat terang kekuningan (10 YR 6/8) Sedang, sedikit ; Lempung berdebu ; Kubus membulat, sedang, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro sedang, Mikro sedang ;  BO banyak ; pH 6,0 ; beralih ke
    Lapisan IV Kedalaman 50 – 70/80 Cm : Kelabu Kekuningan (2,5 Y 5/1), Warna tambahan Coklat kelabu kekuningan (2,5 Y 6/8), Motlling Merah gelap (7,5 R 3/4) Sedang, sedikit ; Lempung berpasir; Remah, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro banyak, Mikro sedikit ; BO banyak ; pH 6,0 ; beralih ke
    Lapisan V Kedalaman 70/80 – 85 Cm: Orange terang kekuningan (10 YR 6/4), Coklat kekuningan (10 YR 5/8) Sedikit ; Pasir halus ; Remah; Tidak lekat ; Tidak plastis, Makro banyak, Mikro sedikit ; BO Sedang ; pH 6,0 ; beralih ke
    Lapisan VI Kedalaman 85 – 107/114 Cm : Kelabu (5 Y 5/1), Warna tambahan Orange (2,5 YR 6/8) ; Pasir Agak Kasar ; Remah, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro banyak ; BO Sangat tidak ada ; pH 6,0 ; beralih ke
    LapisanVII Kedalaman 107/114 - 142 Cm : Kelabu (5 Y 4/1), Warna tambahan  Coklat kekuningan (2,5 Y 5/6) ; Pasir (pasir kasar) ; Butir, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro sangat banyak ; BO Tidak ada ; pH 6,0 ; beralih ke
    Lapisan VIII Kedalaman 142 – 164 Cm : Kelabu olive (5 Y 4/2), Warna tambahan Coklat Kemerahan (2,5 YR 4/6) ; Pasir campur kerikil halus ; Butir, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro sangat banyak ; BO Tidak ada ; pH 6,0 ; beralih ke 
    >164 : Kelabu olive (5 Y 4/2), Warna tambahan Coklat Kemerahan (2,5 YR 4/6) ; Pasir campur kerikil halus ; Butir, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro sangat banyak ; BO Tidak ada ; pH 6,0.




Baca Juga :   MAKALAH EKOLOGI AIR TAWAR
                       MAKALAH PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI NEGARA
           


BAB V
PEMBAHASAN


1.  Pengaruh Faktor, Sifat (Sifat Fisik, Kimia, Biologi) dan Proses Pembentukan Tanah

    Pengaruh Faktor Pembentukan Tanah
        Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, topografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah di pengaruhi oleh lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintregrasi) maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai faktor pembentukan tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup. Setelah diketahui bahwa tanah berkembang terus, maka faktornya ditambah dengan waktu. Tofografi (relief) yang mempengaruhi tata air dalam tanah dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentukan tanah.

    Sifat Fisik, Kimia, Dan Biologi

    Sifat Fisik Tanah


    Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1987).

    Tekstur Tanah
     Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya, seperti kolodial, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Sarief, 1986).
    Drainase Tanah
Pembuatan fasilitas drainase mutlak diperlukan di daerah-daerah dimana muka air dekat dengan permukaan tanah bahkan menggenang, yang dimaksudkan untuk membuang air berlebihan dari profil tanah,terutama pada lapisan atas sehingga aerasi tanah yang baik tetap dipertahankan (Hakim, dkk, 1986).
Tujuan utama drainase adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman pengakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dengan lebih cepat (Foth, 1994).

    Sifat Kimia Tanah

    pH Tanah

        Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, atau alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah, bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka disebut masam. Bila ion H sama dengan OH disebut netral, dan bila ion OH lebih banyak dari pada ion H disebut ion alkalin (Hakim, dkk, 1986).
    Peranan pH tanah meliputi :
    Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman
    Mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah
    Mempengaruhi keterikatan unsur pH   
    Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
    Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus (Sarief, 1989).

    C-Organik
Kandungan C-organik dalam tanah ditentukan dengan metode pembakaran kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan cara membakar contoh tanah diatas penangas, kemudian mengukur CO2 yang dilepaskan. Pembakaran basah dilakukan dengan mengoksidasi dengan asam khormat dengan jumlah berlebihan, kemudian dititrasi terhadap kelebihan oksidan tersebut (metode Walkley-Black). Hasilnya lebih semikuantitatif, tetapi dapat dilakukan lebih cepat dan sederhana (Hardjowigeno, 1993).
    
Horizon Tanah
Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan permukaan bumi setebal 100-120 cm disebut profil tanah. Profil tanah merupakan irisan vertical dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah.

    Sifat Biologi Tanah
    Total Mikroorganisme Tanah
    Tanah di huni oleh bermacam-macam organisme. Jumlah tiap grup organisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
    
Jumlah Fungi Tanah
    Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energy dan karbon dari bahan organic, fungi di bedakan menjadi 3 golongan yaitu ragi,kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organic dalam suasana masam tidak akan terjadi.

    Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut p pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya sekitar 103-106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim phosphatase maupun asam-asam organic yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan. Fungsi bakteri dalam tanah turut serta dalam semua perubahan bahan organic, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah.
     
Total Respirasi Tanah
    Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi  tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah seperti bahan organic tanah, transformasi N, hasil antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.

    Proses – proses pembentukan tanah
Pembentukan tanah diawali oleh proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk. Dengan bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah terutama iklim dan organisme maka terjadi perubahan ukuran bahan induk menjadi lebih kecil, serta terjadi perubahan mineral primer menjadi mineral sekunder akibat pelapukan kimia. Mineral-mineral yang berasal dari pelapukan bercampur dengan bahan organik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang telah mati dan mengalami dekomposisi, selanjutnya menjadi humus. Humus-humus yang berukuran koloid dengan mengandung muatan negatif terutama asam-asam organik sehingga mampu menjadi pengikat antara mineral membantuk agregat tanah. Masukan atau input dari air hujan akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia (hidrolisis) antara air dan bahan penyusun tanah. Disisi lain dengan adanya air hujan yang mengalami infiltrasi maka terjadi ikatan antara fraksi tanah dan air. Apabila kemampuan tanah mengikat air sudah tidak ada lagi (jenuh) maka air yang ada dalam pori tanah akan mengalir ke bawah oleh pengaruh gaya gravitasi. Air yang mengalir membawa unsur-unsur yang terlarut dalam air. Unsur-unsur yang terbawa sebagian mengalami alih tempat, juga ada yang keluar dari sistim tanah masuk kedalam sungai dan terus ke laut, terutama unsur-unsur basa yang disebut dengan pencucian (leaching). Dengan adanya proses pelapukan, yang diikuti pancampuran bahan organik, pencucian, pembentukan agregat (struktur), alih tempat dan alih rupa bahan tanah maka terbentuklah horison tanah. Harison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk sejajar dengan permukaan bumi sebagai hasil dari proses pembentukan tanah.
Apabila kita menggali lapisan-lapisan horison tanah mulai dari permukaan sampai dengan batuan induk maka akan terlihat suatu penampang vertikal yang terdiri dari susunan-susunan horison tanah yang disebut dengan profil tanah. Pada tanah-tanah yang perkembangan horisonnya sempurna maka akan nampak mulai dari atas ke bawah adalah horison O, A, B, dan C. Sedangakn khusus horison A dan B disebut solum tanah. Adapun penjelasan dan pembagian dari masing-masing horison adalah sebagai berikut:

1. Horison O
Horiosn ini ditemukan terutama pada daerah hutan yang belum terganggu tanahnya. Horison O dapat dibagi atas :
    O1 horison yang bentuk asli sisa-sisa tanaman masih jelas kelihatan.
    O2 horison yang bentuk asli sisa tanaman sudah tidak bisa kelihatan.

2. Horison A
Horison A merupakan horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan harison yang proses eluviasi terjadi yaitu proses pencucian unsur-unsur dan bahan-bahan halus seperti lempung. Horison ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
    A1: bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap
    A2: horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap lempung, Fe dan   bahan organik.
    A3: horison peralihan ke B, lebih menyerupai A.

3. Horison B
Horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (lempung, Fe, Al, bahan organik)
    B1 horison perlaihan dari A ke B, tetapi lebih menyerupai B.
    B2 horison penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang bahan organik.
    B3 horison peralihan ke C, tetapi lebih menyerupai B.

4. Horison C
Horison C merupakan horison yang masih sedikit mengalami pelapukan, horison C biasa juga disebut dengan horison isovolumetrik. Yaitu harison dimana volume batuan belum mengalami perubahan tetapi berat jenis batuan telah mengalami perubahan akibat adanya unsur-unsur penyusun batuan yang keluar dari batuan induk.
Dalam pembentukan tanah terjadi berbagai proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanahmenyangkut beberapa hal yaitu:


Tabel. Beberapa contoh Proses Pembentukan Tanah
No    Proses    Penjelasan
1    a. Eluviasi
b. Iluviasi    (4)* Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke horison lain.
(4) Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu horizon
2.     a. Leaching
b. Enrichment    (2) Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
(1) Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain.
3    a. Dekalsifikasi
b. Kalsifikasi    (4) Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu horison tanah.
(4) Penimbunan CaCO3 dalam suatu horison tanah
4    a. Desalinisasi
b. Salinisasi    (4) Pemindahan garam-garam mudah larut dari tanah atau suatu horison tanah.
(4) Pemindahan garam-garam mudah larut dalam suatu horison tanah
5    a. Dealkalinisasi (solodisasi)
b. Alkalinisasi (solonisasi)    (4) Pencucian ion-ion Na dalam suatu horison tanah.
(4) Akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah
6    a. Lessivage
b. Pedoturbasi    (4) Pencucian (pemindahan) liat dari suatu horison ke horison lain dalam bentuk suspensi (secara mekanik). Dapat terbentuk tanah ultisol (podsolik) atau alfisol.
(4) Pencampuran secara pisik atau biologik beberapa horison tanah sehingga horison-horison tanah yang telah terbentuk menjadi hilang, terjadi pada tanah-tanah vertisol (grumosol)
7    a.Podzolisasi (Silikasi)
b. Desilikasi (feralisasi, laterisasi, latolisasi    (3,4) Pemindahan Al an Fe dan atau bahan organik dari suatu horison ke horison lain secara kimia. Si tidak ikut tercuci sehingga pada horison yang tercuci meningkat konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah spodosol (podzol)
(3,4) Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif. Terjadi di daerah tropika dimana curah hujan dan suhu tinggi sehingga Si mudah larut. Dapat terbentuk tanah oxisol (laterit, latosol)
8    a. Melanisasi
b. Leusinasi    (1,4) Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah karena pencampuran bahan organik dengan bahan mineral. Dapat terbentuk tanah Mollisol.
(4) Pembentukan horison pucat karena pencucian bahan organik.
9    a. Braunifikasi, rubifikasi, Feruginasi
b. Gleisasi    (3,4) Pelepasan besi dari mineral primer dan disperdi partikel-partikel besi oksida yang makin meningkat. Berdasar besarnya oksida dan hidrasi dari besi oksida tersebutmaka dapat menjadi coklat(braunifikasi), coklat kemerahan (rubifikasi) dan merah (feruginasi).
(3,4) Reduksi besi karena keadaan anaerobik (tergenang air) sehingga terbentuk warna kebiruan atau kelabu kehijauan.
10    a. Littering
b. Humifikasi    (1) Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm dipermukaan tanah mineral.
(3) Perubahan bahan organik kasar menjadi humus
       
Keterangan *
(1): Penambahan bahan ke tanah
(2) kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan bentuk (transformasi)
(4) Pemindahan dalam tanah (translokation)


Horison Peralihan
Horison peralihan diberi simbol dengan dua huruf besar dari masing-masing horison utama yang beralih sifat.
    Horison AB (nama lama A3): yaitu horison peralihan dari A ke B, tetapi lebih menyerupai
    Horison EB (nama lama A3): horison peralihan dari E ke B tetapi lebih menyerupai E.
    Horison BA (nama lama B1): horison peralihan dari E ke B, tetapi lebih menyerupai B.
    Horison BC (nama lama B3): horison peralihan dari B ke C, tetapi lebih menyerupai B
2.  Klasifikasi Tanah
    Dari hasil pengamatan lapangan yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan sifat dan ciri tanah dari masing-masing profil. Jenis tanah yang terdapat dilokasi praktikum (wilayah Desa Kairatu) sesuai Sistem Klasifikasi Tanah Nasional PPT (1983) dan Klasifikasi Taksonomi Tanah USDA (2003) adalah Alluvial (Fluvaquent ).
Uraian sifat jenis tanah tersebut sbb :
Alluvial (Fluvaquent)
    Tanah alluvial adalah tanah yang terbentuk dari bahan baru endapan Alluvium dengan tekstur dominan liat. Memiliki solum tanah sedang sampai dalam dengan tekstur sedang dan berdrainase buruk dan terdapat pada daerah sekitar aliran sungai. Vegetasi umumnya didominasi oleh tanaman pangan dan tanaman buah-buahan serta tanaman perkebunan, Untuk wilayah Desa Kairatu, jenis tanah ini ditemukan pada daerah belakang BPKB
    Dalam klasifikasi taksonomi tanah (USDA, 2003) termasuk dalam order Entisol karena tanah ini merupakan tanah yang belum berkembang. Termasuk dalam great Fluvaquent karena memiliki tekstur lapisan yang tidak teratur dari lapisan atas ke lapisan bawah akibat pengaruh endapan sungai dimana proses pelapukan belum sempurna terhadap satu lapisan, material/bahan baru sudah ada untuk proses pelapukan selanjutnya akibat erosi.
Sytem klasifikasi yang ada di dunia ini berbagai macam, karena banyak menggunakan system klasifikasi yang dikembangkan di Negara tersebut. Di Indonesia saja sekarang ini paling sedikit terdapat 3 system klasifikasi tanah yang masing-masing dikembangkan oleh pusat penelitian bogor ( system Dudal Soepraptohardjo,1957 ), foog and agriculture organitation (FAO) dan unitwed states department of agriculrure (USDA), amerika serikat.

3.  Analisis Sesuai Hasil Lapangan

No. Borring/Profil     : Profil Tanah 01
Lokasi             : Belakang BPKB Kairatu
Titik Koordinat      : 03°20’28,85“ LS dan 128°22’25,00“ BT
Bahan Induk         : Alluvium
Klasifikasi Tanah     : Aluvial.
Lereng             : 1 %
Drainase         : Agak Buruk
Ketinggian (dpml)     : 13 Meter
Penggunaan Lahan     : Permukiman dan Kebun Campuran
Vegetasi     : Pisang (Musa paradisiaca), Nangka (Arthocarpus heterophyllus), Kedondong (Spondies dulcis), Kelapa (Cocos nucifera), Gamal (Gliricidia sepium), Alpukat (Persea americana), Singkong (Manihot esculenta), Keladi (Colocasia esculentum), Sungga sungga (Euphatorium ayapanaa cent), Pakuan (Dryopteris filixmas) dan Rumput – rumputan (Pennisetum purperium schamach), Bambu (Bambusa spp), Sagu (Metroxylon sp), Aren (Arenga piñata), Terong (Solanum spp), Pepaya (Carica papaya), Jambu biji (Psidium guajava), Rambutan (Nephelium lapacium).

Lap     Kedalaman (cm)    Uraian
I   
0 – 5    Hitam Kecoklatan (10 YR 2/3); Lempung liat berdebu; Kubus menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro sedikit, Mikro banyak ; Perakaran halus banyak; BO sedang ; pH 6,0 ; beralih ke


II   

5 – 24    Coklat Gelap (10 YR 3/3); Motlling Coklat (10 YR 4/6) ; Lempung liat berdebu ; Kubus menyudut, kecil, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro sedikit, Mikro banyak ; Perakaran halus sedang ; BO sangat banyak ; pH 5,5 ; beralih ke


III
   

24 – 50    Coklat Gelap (10 YR 3/3); Motlling Coklat (10 YR 4/6) ; Lempung liat berdebu ; Kubus menyudut, kecil, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro sedikit, Mikro banyak ; Perakaran halus sedang ; BO sangat banyak ; pH 5,5 ; beralih ke


IV   

50 – 70/80    Kelabu Kekuningan (2,5 Y 5/1), Warna tambahan Coklat kelabu kekuningan (2,5 Y 6/8), Motlling Merah gelap (7,5 R 3/4) Sedang, sedikit ; Lempung berpasir; Remah, lemah ; Agak lekat, Agak plastis, Makro banyak, Mikro sedikit ; BO banyak ; pH 6,0 ; beralih ke

V   
70/80 – 85    Orange terang kekuningan (10 YR 6/4), Coklat kekuningan (10 YR 5/8) Sedikit ; Pasir halus ; Remah; Tidak lekat ; Tidak plastis, Makro banyak, Mikro sedikit ; BO Sedang ; pH 6,0 ; beralih k

VI   
85 – 107/114    Kelabu (5 Y 5/1), Warna tambahan Orange (2,5 YR 6/8) ; Pasir Agak Kasar ; Remah, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro banyak ; BO Sangat tidak ada ; pH 6,0 ; beralih ke

VII   
107/114 - 142    Kelabu (5 Y 4/1), Warna tambahan  Coklat kekuningan (2,5 Y 5/6) ; Pasir (pasir kasar) ; Butir, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro sangat banyak ; BO Tidak ada ; pH 6,0 ; beralih ke


VIII   

142 - 164    Kelabu olive (5 Y 4/2), Warna tambahan Coklat Kemerahan (2,5 YR 4/6) ; Pasir campur kerikil halus ; Butir, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro sangat banyak ; BO Tidak ada ; pH 6,0 ; beralih ke
   

>164    Kelabu olive (5 Y 4/2), Warna tambahan Coklat Kemerahan (2,5 YR 4/6) ; Pasir campur kerikil halus ; Butir, sangat kecil, sangat lemah ; Tidak lekat, Tidak plastis, Makro sangat banyak ; BO Tidak ada ; pH 6,0.


Catatan Tambahan :
? Bahan Kasar     : Pecahan batuan pada lapisan IV (Kedalaman 50 – 70/80 Cm).
? Sebaran batuan     : Kerikil pada lapisan VIII (Kedalaman 142 – 164 Cm).
? Bahan kapur (Uji HCl)    : terdapat sedikit kandungan Kapur pada lapisan II (Kedalaman 5-24 Cm).
? Kedalaman Air Tanah             : > 164 Cm dibawah permukaan tanah.
? Lama Genangan                 : > 1 Bulan (30 Hari).
? Tinggi Genangan Musim Hujan         : 30 Cm di bawah permukaan tanah.
? Tinggi Genangan Musim Kemarau         : Tidak ada.
? Tinggi Genangan Musim Penghujan         : 30 – 40 Cm di atas permukaan tanah.  



BAB VI
PENUTUP


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi  dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, dan biologi serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangkaian panjang dari berbagai proses yang membentuknya. Selain itu dari beberapa pengamatan  yang kami lakukan dilapangan terlihat bahwa setiap tanah tidak akan terdapat semua horizon tanah atau lapisan-lapisan tanah. Sedangkan untuk warna tanah yang kami amati memiliki keanekaragaman warna yang berbeda-beda. Serta kita dapat mengetahui persebaran tanah yang berbeda-beda pada setiap daerah. Dan dapat menentukan kesesuaian pengolahan tanah tersebut seperti kecocokan tanah dengan jenis tanaman  dan lain-lain. Selain itu dengan adanya praktikum ini  mahasiswa mau tidak mau harus mempelajari tentang jenis-jenis tanah di Indonesia secara lebih mendalam yang nantinya digunakan sebagai acuan untuk menganalisa data yang sudah diperoleh dari pengamatan.

2. Saran
Adapun saran dari pembahasan di atas adalah :
    Sebaiknya jagalah kesuburan dan kesehatan tanah agar tidak mengalami kerusakan pada tanah. Banyaknya yang menentukan tanah itu sehat seperti tersedianya unsur hara pada tanah. Bahan organik dan juga organisme sangat berperan penting dalam membantu pembentukan dan perkembangan tanah itu.
    Pada pembahasan di atas, saya menyarankan agar lebih mengetahui tentang factor pembentukan tanah, proses pembentukan tanah, dan sifat- sifat tanah, serta mengetahui tentang tekstur tanah, warna tanah, konsistensi, berat jenis, berat volume, porositas, kadar air, daya kapiler, perkolasi, kemampuan menggenggam air, pH, kadar bahan organik dan kadar kapur pada tanah sesuai dengan daerah masing-masing. Sehingga dapat dimanfaatkan berbagai pihak untuk keperluan yang lebih lanjut dalam pengelolaan tanah.
    Khususnya bagi para petani, demi mendapatkan hasil pengolahan lahan yang maksimal maka sebelum mengelola lahan maka harus memperhatikan sifat-sifat fisik tanah. Sehingga petani akan tahu bagaimana memperlakukan tanah dilahannya agar didapatkan hasil yang memuaskan.

No comments:

Post a Comment